Bisnis properti ternyata tak hanya merekah di sejumlah kota di negara-negara maju Asia. Perusahaan konsultasi properti global independen Knight Frank bahkan menunjuk Jakarta sebagai kota yang unggul di bidang properti.
Indeks properti hunian primer di Jakarta tercatat melonjak hingga 184% dalam dua tahun terakhir. Sementara indeks peningkatan harga properti untuk bangunan kantor melambung 192,3%.
"Setelah bertransformasi selama 15 tahun menjadi negara yang lebih terbuka, stabil dan demokratis serta dibanjiri penduduk kelas menengah ke atas, permintaan lahan perkantoran dan apartemen di Jakarta mencapai level tertiggi. Itu terjadi dalam dua atau tiga tahun terakhir," ungkap Knight Frank dalam laporannya seperti dikutip CNBC , Rabu (9/4/2014).
Salah satu kota yang unggul di bidang properti adalah Bangkok. Harga lahan pengembangan properti hunian telah meningkat sebesar 190,7% dalam dua tahun terakhir.
Perusahaan internasional itu menilai kota-kota di Asia Tenggara ternyata mengalami pertumbuhan harga properti tercepat di antara sejumlah negara berkembang di kawasan Asia.
"Negara-negara berkembang Asia kini tengah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dibandingkan negara-negara maju di kawasan yang sama," ungkap Kepala Riset Knight Frank di Asia Pasifik, Nicholas Holt.
Dia menyebutkan, salah satu kota dengan harga properti yang kian memuncak adalah Jakarta. Bersama dengan Bangkok, Kuala Lumpur, Phnom, Jakarta menjadi empat kota dengan pertumbuhan harga lahan tercepat di Asia.
"Ini dapat dilihat dari pertumbuhan nilai jual properti hunian dan komersil yang kuat dalam dua tahun terakhir. Tentu saja, pertumbuhannya dilihat dari basis harga yang lebih rendah sebelumnya," tutur Holt. Knight Frank mendefinisikan properti primer sebagai apartemen, kondonium, dan pengembangan kantor atau bangunan komersil.
Namun Direktur Pelaksana Chersterton, konsultan properti Singapura mengatakan, meski mengalami pertumbuhan yang cepat, terdapat sejumlah faktor yang dapat menghambat pertumbuhannya di masa depan.
"Pasar properti yang matang akan relatif transparan dan memudahkan uang untuk masuk dan keluar begitu saja. Begitu juga yang akan terjadi di negara-negara berkembang, akan ada beberapa halangan. Sementara di Jakarta, Anda hanya akan bisa membeli hak guna dan tidak memiliki hak untuk memilikinya jika Anda merupakan warga asing," tuturnya.
Sementara untuk pasar properti yang belum terbuka seperti Phnom Penh dan Yangon, peraturan jual beli masih belum jelas dan membuat para pebisnis asing tak bisa membelinya.
Meski demikian, permintaan domestika dipastikan tetap bisa membantu peningkatan harga di kota-kota seperti Jakarta, Bangkok dan Kuala Lumpur. Hal itu mengingat tingginya pertumbuhan populasi dan penduduk kelas menengah atas di wilayah tersebut.
Sumber: Liputan6